sama ada kita suka atau tidak kita sudah terlalu tua dalam umur tarbiyyah
seorang ukht indonesian menggariskan masa setahun untuk menyelesaikan tahapan pertama tarbiyyah si mutarobbi
kemudian tahun kedua adalah untuk menyerapkan dia dalam tahapan kedua pula
jadi umur kita sudah berapa tahun?
3,4 tahun mashaallah. dan kita masih dalam lingkungan yang still tsabat di medan ini
dan nak tak nak kita kena mendewasa dengan umur kita
fizikal budak 3 tahun mana sama dengan fizikal baby setahun, ye tak?
walau seronok jd kanak2 5 tahun, seorang budak yang berumur 10 tahun lambat laun kena terima dia ni 10 tahun. jadi pikiran dan kemahirannya kena mendewasa seiring dengan umurnya
jadi haruslah kita pun begitu
mengakui yang tarbiyyah ini tidak dapat tidak telah meninggalkan tempias yang mendalam dalam hati, jiwa dan raga
hingga ia sangatlah mampu untuk membocor keluar mewarnai kehidupan realitas kita semua
bahkan
bahasa kita mestilah sama,sbb bahasa jepon tak sama dengan bahasa orang asli
pikiran kita mestilah seiring, sbb rentak yang tak seirama hanya melambatkan kerja dakwah kita
pakaian kita mestilah terhormat, sbb ini salah satu sumber tsiqah manusia pada apa yg kita bw
hingga
manusia bisa membedakan hayunan langkah, helaan nafas, singgung bibir kita dan merasakan keindahan dari tempias ruhiy islamiyyah yang diwarnai dari dalam (fikrah) diri kita
sehingga
mereka merasakan suatu yang lain dari pinggan kita, rumah kita, buku kita, kereta kita
kerana kita tak sama dengan manusia lain
tamayyuz kita menjanjikan perisa yang lain dari harakah lain yang giat merekrut manusia duniawi!
sedangkan kita adalah manusia akhirat. kerana kita adalah pencinta surga Allah. kan? *wink*
maka
setelah kita rela mendewasakan diri dan kita menerima dengan tenang perubahan itu
bersiap sedia lah dengan lompatan semangat adik-adik yang minta ditampung
sebab kita takkan mampu menghadapinya andai kita masih beku dalam diri kita yang lalu
sebab ianya memerlukan hikmah yang sangatlahh tinggi dalam memandu langkahan mereka
dan boleh jadi kita hilang sabar dalam mengemudi mereka
hingga membuatkan adik-adik lari ketakutan dari jalan ini kerana hilang percaya pada kita
puncanya, sang kakak tidak mampu beroleh tsiqah dengan personaliti yang langsung berbeda dengan perkataannya
dan kita nak tak nak hakikatnya mutarobbi yang dulunya duduk canggung dalam bulatan usrah kita sudahpun dewasa
mereka mula berpikiran seperti kita
mereka mula bercakap bahasa kita
hingga acapkali kita tersentuh mendengarkan kata-katanya yang jelas tergambar dalamnya kefahamannya terhadap dinnul islam
lantas airmata menjadi bukti syukur kita pada Allah yang sudi menjaga mereka dan menjaga mereka sepanjang tumbesaran yang penuh payah itu
lantas ape yang kamu belajar dari postku kali ini? :)