Keteguhan Sahabat Nabi
Dialah Khubaib ibn Uday yang diutus oleh Rasulullah saw bersama beberapa orang sahabat untuk mengajak kaum kafir kepada Islam. Kaum Muslimim membuat perjanjian dengan kaum kafir untuk saling melindungi, akan tetapi mereka mengkhianati perjanjian yang telah disepakati. mereka menangkap dan membunuh beberapa orang sahabat, salah satu di antaranya adalah Khubaib yang ditangkap dan ditawan kemudiannya dijual kepada kaum Musyirikn di Mekkah. Sebelumnya sebagian keluarga Khubaib telah dibunuh di Badar.
Khubaib dibawa ke Tan'im, sebuah tempat yang terlarang bagi penduduk Mekkah untuk melakukan umrah. Dia disalib di sebuah pohon kurma untuk dibunuh. Abu Sofyan memerintahkan kepada pengikutnya untuk tidak membunuh Khubaib sekaligus, akan tetapi menyiksanya terlebih dahulu dengan memukuli sebagian anggota badannya seperti tangan dan kakinya.
Orang2 kafir lalu berkumpul dan melepaskan anak panah ke arah tangan dan kaki Khubaib. Namun Khubaib tetap menegakkan kepalanya dan tidak sedikit pun mengeluh setegak gunung yang kokok menancap di bumi.
Hai para pemuda, itulah keteguhan yang menancap kuat pada diri sahabat Nabi saw; tidak terpedaya oleh bisikan setan yang sesaat mendorong, kemudian lalai dan tidak berupaya untuk membangkitkannya kembali.
Sebelum orang2 kafir mulai menghujani Khubaib dengan panah, Abu Sofyan menghampirinya dan berkata, "Hai Khubaib, bagaimana jika Muhamad menggantikan posisimu saat ini, dan engkau bebas kembali kepada keluargamu !?"
Dengan tegas Khubaib menjawab, "Demi Allah, tidak terbersit sedikitpun keinginanku untuk bersama keluargaku, sedangkan Rasulullah saw tertusuk duri. Bagaimana mungkn aku menjadikannya menggantikan posisiku ini?"
Abu Sofyan membalikkan telapak tangannya, dan berkata, "Sungguh, tak ada orang yang mencintai orang lain seperti cinta para sahabat Muhammad kepadanya !"
Coba anda bayangkan, apakah anda juga mencintai Nabi saw seperti cinta Khubaib kepadanya? Renungkanlah sejenak ekspresi cinta sahabat Khubaib yang disaksikan langsung oleh Abu Sofyan ini !
Abu Sofyan bertanya lagi, "Apakah engkau menginkan sesuatu sebelum kematianmu ?" Khubaib menjawab, "Ya, aku ingin melakukan shalat sebanyak dua rakaat." "Baiklah, kami memberikan kesempatan kepadamu untuk melakukan shalat sebanyak dua rakaat," kata Abu Sofyan mempersilakannya. Lalu dia melakukannya, dan Khuabib adalah orang pertama yang melakukan shalat sunnah sebanyak dua rakaat sebelum kematiannya. Namun dia hanya melakukannya dengan ringan.
Khubaib berkata, "Demi Allah, kalau saja kalian tidak mengira bahwa aku takut menghadapi kematian, aku pasti memperpanjang shalatku sesuai dengan kehendak Allah." Dia lalu melantunkan sebuah syair yang mengutarakan keteguhan pendiriannya menjelang akhir hayatnya,
"Ketika aku dibunuh dalam
keadaan berserah diri (Muslim)
Tak kupedulikan kematianku
Sepanjang dalam keadaan berserah diri kepada Allah.
Adalah kehendak Tuhan, dengan berkah-Nya
Menghimpun jasad yang terserak."
keadaan berserah diri (Muslim)
Tak kupedulikan kematianku
Sepanjang dalam keadaan berserah diri kepada Allah.
Adalah kehendak Tuhan, dengan berkah-Nya
Menghimpun jasad yang terserak."
Yang teramat penting bagi Khubaib adalah mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah. Dia tidak peduli dengan cara bagaimanapun menjelang kematian, selama berada di halan Allah, dan menegakkan agama-Nya. Alah Mahakuasa untuk memberikan berkah terhadap jasad yang tercabik.
Setelah melantunkan syair keteguhannya, Khubaibrkan berdoa kepada Allah untuk menggetarkan hati orang2 kafir, "Ya Allah, hitunglah jumlah mereka semua, binasakanlah dan cerai beraikan mereka, jangan biarkan satu pun tersisa dari emreka !" (HR.Abu Daud Ath-Thayalisi)
Mendengar doa Khubaib, orang2 kafir yang menyaksikannya menjauh darinya kerana diliputi rasa takut. mereka takut doa Khubaib akan menimpa diri mereka.
Lihatlah bagaimana kepandiran dan kekacauan hati dan pikiran mereka kerana diliputi rasa takut. Kepala mereka tertunduk ke bumi, hanya kepala Khubaib yang tetap tegak. Dengan kekuatan iman dan keteguhannya, tidak ada sedikit pun perasaan gentar dalam dirinya. Camkanlah, saudaraku! Mungkin anda tidak seperti Khubaib, akan tetapi satu yang harus anda teguhkan di dalam hati, bahwa Islam adalah segalanya; anda harus hidup demi menegakkan Islam di atas segala- galanya!
p/s: cerita ini benar2 menyentuh hati kerengga. :D
No comments:
Post a Comment